Penulis: Ni Wayan Idayati
Dua anak muda ini, I Wayan Suma Bagia dan Ni Kadek Novi Sumariani, belakangan selalu sibuk 'berseliweran' di media sosial. Cerita dan foto-foto yang mereka bagikan tak pernah putus tampil di beranda facebook maupun instagram. Ya, dalam situasi pandemi yang masih fluktuatif ini—di mana sebagian besar orang memilih ‘tiarap’ dan jeda dari berbagai aktivitas—keduanya justru semakin giat berkreativitas.
Kegiatan Workshop Watercolor 'Flower Border' di Rumah Tukik/Foto: dok. Rumah Tukik |
Melalui sebuah ruang kreatif atau creative space yang diberi nama Rumah Tukik, Suma dan Novi menginisiasi berbagai program yang digelar berkala. Meskipun baru dimulai sejak 2 April 2021, Rumah Tukik telah memiliki tiga kegiatan reguler, yakni yoga bersama setiap Kamis, juga workshop watercolor (melukis cat air) dan melukis model yang diselenggarakan sebulan sekali.
“Kami mengadakan acara lukis model perdana pada 30 April kemarin. Antusiasmenya bisa dibilang cukup besar, diikuti kurang lebih 15 peserta yang sebagian besar adalah remaja, seniman muda, dan mahasiswa seni rupa. Dan tentunya kami selenggarakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19,” ujar Suma yang aktif sebagai komikus dan ilustrator.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat melatih kepekaan dan kemampuan para pegiat seni rupa dalam menangkap objek figur secara langsung. Di sisi lain, kegiatan bersama ini juga menciptakan ekosistem kreatif yang guyub hangat, serta membuka kemungkinan kolaborasi dan kerja sama antar sesama perupa.
Kegiatan Workshop Watercolor 'Flower Border' di Rumah Tukik/Foto: dok. Rumah Tukik |
Rumah kreasi dan berbagi
Sedini digagas, Rumah Tukik telah diniatkan untuk berbagai kegiatan kreatif, baik workshop, melukis bersama, kelas yoga, hingga pameran. Konsepnya terinspirasi dari berbagai studio kreatif maupun art space, salah satunya Studio Pranoto yang kerap mengadakan melukis model secara reguler.
Kegiatan Melukis Model di Rumah Tukik/Foto: dok. Rumah Tukik |
Berada di kawasan nan asri di Br. Abasan, Singapadu Tengah, Gianyar, Rumah Tukik terbuka bagi siapa saja, khususnya generasi muda, untuk menjadi bagian dan memaknai program-programnya. Kegiatan-kegiatan di Rumah Tukik biasanya diselenggarakan pada hari Sabtu dan Minggu, baik berupa program seni rupa, yoga, hingga yang tertaut industri kreatif dan pop culture. Rumah Tukik juga terbuka bekerja sama dengan siapa saja yang ingin menyelenggarakan program bersama.
Ruang dalam Rumah Tukik/Foto: dok. Rumah Tukik |
Suma serta Novi sebagai penggagas dan pengelola, mengakui bahwa Rumah Tukik merupakan bagian idealisme mereka sebagai seniman-seniman muda yang selalu gelisah berkreativitas. Menurut keduanya, kehadiran Rumah Tukik di tengah situasi yang terbilang tidak mudah ini semata untuk mengobati kerinduan para seniman muda dan penyuka seni untuk menikmati program-program seni dan edukasi secara langsung, seraya mencari celah produktif di masa sulit. “Saat ini seluruh kegiatan Rumah Tukik diadakan dengan donasi atau sumbangan seikhlasnya dari teman-teman, ya, sistem gotong royong. Tapi kami juga mengupayakan kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan pembiayaan besar, sehingga tidak membebani peserta. Yang penting bagi kami adalah bisa terus berkreativitas ,” tukas Novi yang aktif menekuni yoga dan mendalami seni lukis.
Suma dan Novi bahkan mulanya tidak pernah menduga, berkat keaktifan mereka mengisi berbagai workshop, kemudian menggerakkan seseorang memberi mereka tempat secara cuma-cuma untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai ruang berkreativitas. “Tempat ini (bangunan lokasi Rumah Tukik) sebenarnya adalah miliki seorang kenalan kami, sudah terbengkalai sejak tahun 2013. Beliau pun menawari kami untuk mengelola dan mengisi tempat ini dengan berbagai kegiatan, agar lebih hidup,” kisah Novi.
Ruang dalam Rumah Tukik/Foto: dok. Rumah Tukik |
Bangunan dan ruang untuk Rumah Tukik boleh dikata tidaklah terlalu besar. Namun, lokasinya yang tenang pinggir sungai, bahkan agak tersembunyi, memberikan suasana yang hangat dan nyaman bagi siapa saja yang singgah atau berkunjung. Tanpa ekspektasi besar, Rumah Tukik diharapkan dapat menjadi ruang bertemu dan berbagi untuk anak-anak muda, saling belajar dan mengasah kreativitas.
“Ke depan kami berharap Rumah Tukik bisa memiliki ruang pamer yang cukup memadai dan bisa menyelenggarkan pameran kecil atau program kolaborasi lainnya. Semoga segera terwujud, “ harap Suma.
Apa yang dilakukan Suma dan Novi seolah menegaskan, mimpi dan visi besar tidak selalu harus berbekal modal kapital besar pula, melainkan dimulai dengan langkah kecil dan sederhana, serta ketetapan hati.
Ibarat cangkang-cangkang bayi penyu yang tengah menyiapkan diri menuju laut lepas, Rumah Tukik adalah persinggahan bagi mereka yang tengah dalam proses pencarian dan penemuan diri. (*)