Teaterikal Puisi Garin Nugroho, Sebuah Alih Kreasi

Sabtu, 27 Maret 2021 : 11:41

Puisi-puisi terpilih karya Garin Nugroho yang terangkum di dalam buku “Adam, Hawa, dan Durian” dialih-kreasikan menjadi sebentuk pertunjukan teaterikal bertajuk “Segalanya Cinta”. Acara yang berlangsung di Kuta, Badung ini akan ditayangkan secara daring melalui instagram Ratu Restaurant Sabtu, 27 Maret 2021, pukul 18.00 WITA. 

(Garin dan Ayu Laksmi dalam proses pembacaan naskah)
Pementasan virtual “Segalanya Cinta” digagas oleh budayawan Tommy F. Awuy, melibatkan sejumlah seniman dan sastrawan Bali lintas bidang. Antara lain penyanyi dan artis film Ayu Laksmi, penyair Warih Wisatsana dan Pranita Dewi, serta penari juga koreografer Jasmine Okubo. Sebagai sutradara Legu Adi Wiguna.
(Tommy F. Awuy)

Buku “Adam, Hawa, dan Durian” diterbitkan KPG (2021). Puisi-puisi dalam buku ini mencerminkan perjalanan seni Garin sedini tahun 1990-an hingga sekarang. Bukan hanya merefleksikan cinta sesama insaniah, namun juga keharuan mendalam terhadap alam dengan beragam tumbuhan dan hewan—sebuah cerminan dari spiritualitas perjalanan dirinya yang lintas pulau dan bangsa. 

(Ayu Laksmi)

Puisi-puisi Garin itu bukan hanya menungkapkan secara metaforik sisi dirinya sebagai pribadi yang terlahir di tanah Jawa, berikut kebudayaannya, namun juga menggambarkan pulau-pulau nusantara yang penuh keunikan kultural persahabatan personal, semisal Wasur, Papua, Sumba, tak ketinggalan hamparan padang lalangnya yang terus membayangi proses ciptanya sebagai sineas. 

(Penari Jasmine Okubo)

Garin Nugroho, yang juga produser dan penulis skenario film, telah meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional melalui film-filmnya, semisal Bulan Tertusuk Ilalang, Daun di Atas Bantal, Puisi Tak Terkuburkan, dan Kucumbu Tubuh Indahku. Pada tahun 2016 ia bahkan menerima lencana tanda jasa Chevalier dans l’ordre des Arts et Lettres atau penghargaan di bidang seni dan sastra dari kedutaan Prancis. 

Pementasan akan dibuka pula dengan pembacaan puisi oleh Aktris Film Happy Salma, pentas musikalisasi oleh Kelompok Seketika (Heri Windi Anggara dkk.),  testimoni oleh Budayawan Jean Couteau dan sambutan pembuka oleh Rektor ISI Denpasar, Prof Dr. Wayan 'Kun' Adnyana, S.Sn., M.Sn. Sebagai pemandu acara yakni aktor teater Moch Satrio Welang.

(Penyair Warih Wisatsana dan Pranita Dewi)

Kolaborasi dan alih kreasi puisi menjadi pertunjukan atau berbagai karya seni lain sesungguhnya membuka kemungkinan apresiasi yang lebih luas dari publik yang lintas batas. 

Ketua panitia kegiatan ini, Tantri Kusuma, mengungkapkan bahwa acara ini diniatkan untuk memberikan ruang kreativitas seniman di Bali agar nafas seni tetap terjaga. “Acara ini ditayangkan secara virtual atau live streaming, dalam prosesnya tetap menerapkan protokol kesehatan, “ ujarnya. 

Tantri menambahkan, bahwa di masa mendatang Ratu Restaurant akan menghadirkan aneka program seni untuk membangkitkan gairah kreativitas di Bali, khususnya kawasan Kuta. (Teks: IDY/Foto: Vanesa M.)


Berbagi Artikel