Open Call 'Kanda Rupa', Pameran Agung Seni Rupa Tradisi Bali

Kamis, 05 Maret 2020 : 06:19

PAMERAN Bali Kanda Rupa –yang merupakan bagian dari agenda tahunan Pesta Kesenian Bali 2020– bukanlah semata menghadirkan karya-karya perupa Bali lintas generasi, dari yang paling sepuh hingga yang terkini, akan tetapi juga upaya merunut atau melacak jejak (tematik, stilistik dan estetik) yang mewarnai proses cipta seniman lintas zaman ini.

Yang dikedepankan adalah pelukis-pelukis ragam tradisional atau klasik Bali, seputar gaya Ubud atau Ubud Style meliputi Batuan, Pengosekan, Padang Tegal, Keliki dan sebagainya yang memang rekah dan bertumbuh di kawasan kultural Ubud, juga tak ketinggalan Kamasan serta Nagasepaha– hakikatnya mencerminkan pula dinamika seni rupa sebelum dan sesudah era Pita Maha– didirikan pada 29 Januari 1936 oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati (Raja Ubud), Walter Spies (pelukis asal Jerman), dan Rudolf Bonnet (pelukis asal Belanda).

Melalui tematik tertentu yang selama ini mengemuka, seperti  lukisan tentang pasar, tarian, atau upacara, dapat dibaca pewarisan stilistik maupun capaian teknik, termasuk ragam ekspresi yang mempribadi. Publik juga dapat menyimaknya dari ragam ikonik tertentu khas Bali, semisal sosok perempuan, petopengan, tokoh wiracarita Ramayana atau Mahabarata; terbukti mewarnai kreasi seniman lintas generasi. Runut saja I Wayan Djujul (b.1942) berjudul “Jauk”, Ida Bagus Sena (b.1966)  “Lahirnya Boma”, Dewa Putu Mokoh (b.1936) berjudul “Good Sleep”, I Ketut Ginarsa (b.1951) berjudul “Dewi Saraswati”, I Ketut Madri (b.1943) berjudul “Jatayu Pralaya” dan lain-lain.

Dinamika itu tecermin pula pada karya perupa generasi muda di antaranya I Gde Ngurah Panji (b.1986), I Made Sunarta (b.1980), I Made Warjana (b. 1985), I Wayan Wijaya (b. 1984), I Wayan Suardika (b. 1984), dan I Nyoman Winaya (b.1983); dan dan I Gede Pino (b.1985) yang unik secara bentuk dan mengandung kedalaman pesan, gigih mengolah ikon-ikon yang hidup dalam memori kultural masyarakat Bali menjadi sebentuk rupa cerminan capaian estetik masing-masing yang otentik. Suatu kreasi dengan sentuhan modern yang mengandung kekuatan ekspresi terpilih, di mana ikonografi Bali direvisi atau dikreasi sedemikian rupa melampaui kebakuan bentuk lukisan Bali tradisional.

Karya-karya tersebut, baik para pendahulu maupun generasi yang lebih kini, mencirikan adanya pergulatan kreatif menyikapi tematik, stilistik sekaligus estetik. Ini adalah sebuah upaya transformasi yang mempribadi, boleh jadi merefleksikan pula transformasi masyarakat Bali dari ragam budaya agraris komunal yang guyub hangat menuju masyarakat modern dengan kecenderungan individual. Memang, sedini awal kolonial, bahkan jauh sebelum itu, masyarakat Bali telah mengalami sentuhan globalisasi dengan beragam determinasinya.

Pameran kali ini dihadirkan dengan merujuk pada tema Pesta Kesenian Bali 2020, yakni sebentuk aktualisasi seputar Atma Kertih, selaras visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Kendati  demikian tema ini bukanlah untuk penyeragaman, melainkan juga hendak menegaskan adanya keragaman yang memang jadi elan kreatif seni budaya Bali selama ini.

Dengan demikian pameran ini, baik karya dua atau tiga dimensi, termasuk karya-karya yang bernilai memorabilia (masterpice dan menyejarah), diharapkan adalah buah cipta yang telah Melampaui Ruang, Melampaui Waktu, dan Melampaui Keadaan (Bentuk/Media). Ketiga hal itu kiranya dapat menjadi acuan pendekatan (fokus bacaan) guna merefleksi tema Pesta Kesenian Bali 2020.

Tema Atma Kertih mengandung makna penyucian jiwa paripurna. Secara filosofis, atma atau jiwa manusia perlu ‘disucikan’ agar dapat memandu raga melakukan hal-hal yang baik dan paripurna. Sedangkan dalam konteks berkesenian adalah tugas seniman untuk bisa menciptakan karya yang menarik, menyentuh haru, dan memperkaya batin pemirsa (ngulangunin).

Sumber-sumber keindahan yang berkaitan dengan penyucianjiwa ada dalam cerita (satua) dan dapat diaplikasikan melalui gerak, bunyi, lirik, rupa, warta, serta ruang. Pemilihan satua, penataan gerak, dan pola lantai, komposisi bunti, perpaduan warna, dan penataan ruang inilah yang digarap seniman agar pemirsa dapat menikmati keindahan (kelangen) sehingga jiwanya menjadi paripurna

Nama Kegiatan:
Pameran Bali Kanda Rupa

Waktu Penyelenggaraan:
11 Juni-12 Juli 2020

Tema:
Atma Kertih

Subtema:
Citta (Ingatan), Budhi (Kesadaran), Manas (Pikiran), Ahamkara (Rasa/Ego)

Ketentuan Peserta Open Call
1. Terbuka untuk umum berusia maksimal 35 tahun pada 2020 dan bermukim di Bali.

2. Karya merespons tema Pesta Kesenian Bali 2020 “Atma Kertih”, selaras dengan stilistik Bali  tradisi/klasik dengan subtema Citta (Ingatan), Budhi (Kesadaran), Manas (Pikiran), Ahamkara (Rasa/Ego), seperti penjelasan di atas.

3. Setiap peserta dapat mengikutkan satu karya (lukisan/topeng/patung), ukuran karya maksimal 150 x 150 cm untuk lukisan, 50 x 50 cm (topeng) dan patung 50 x 50 cm dengan volume (panjang x lebar x tinggi 50 x 50 x 100 cm)

4. Peserta mengirimkan foto karya tersebut dengan kualitas baik dan resolusi tinggi minimal 1MB dilengkapi keterangan pendukung dengan format (Judul, Tahun, Ukuran (Tinggi x Lebar dalam centimeter), media serta narasi karya/penjelasan terkait jenis karya, konsep, teknik, ukuran, dan keterangan lain yang dianggap perlu.

5. Persyaratan nomor 4 dilampiri curriculum vitae (CV), foto diri, dan fotokopi KTP agar dikirim ke E-mail: balikandarupa@gmail.com dengan Subject: Bali Kanda Rupa 2020 dikirim paling lambat 1 April 2020.

6. Karya yang terpilih sesuai hasil seleksi kurator akan diberitahukan secara resmi oleh panitia melalui E-mail peserta.

7. Pembukaan Pameran Bali Kanda Rupa akan dilaksanakan pada Kamis, 11 Juni 2020 di Museum Puri Lukisan Ratna Wartha, Ubud.


Berbagi Artikel