Suklu: Proses Berkesenian dan Imaji Kebendaan

Jumat, 10 Januari 2020 : 16:47
PROSES adalah sebuah keniscayaan bagi para pendamba kerja kreatif, tak terkecuali perupa Wayan Sujana (lahir 1967) yang suka menuliskan nama pendeknya: Suklu, maksudnya Sujana Klungkung.

Suklu memang mementingkan proses berkesenian dari pada hasil karyanya. Itu berarti pula menjawab pertanyaan seputar bagaimana kelahiran dan pertanggungjawaban sebuah karya.

Suklu yakin dokumentasi proses berkarya, yang biasa ia sebut artefak seni, kelak menjadi harta karun tak ternilai. Maka, staf pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini rajin membut arsip dan dokumentasi.

Bukan hanya perjalanan pribadi, tetapi juga kiprah seniman lain yang pernah dia ajak berkolaborasi secara personal maupun melalui Komunitas Batubelah yang dirintisnya sejak empat tahun silam di desanya, dekat Pantai Lepang, Klungkung, Bali.

Lantas, apa korelasi sekitar 120 karya Suklu yang saat ini dipamerkan di Komaneka Fine Art Gallery Ubud hingga pertengahan Januari 2013 dengan upayanya mengumpulkan jejak-jejak berkesenian? Barangkali salah satu alasannya adalah untuk mengembangkan dialektika proses, kekaryaan, dan respons publik.

Dalam pameran ini Suklu menyajikan karya baru yang merupakan bagian dari perjalanan menerjemahkan perspektif kebendaan yang kerap dia pikirkan, maupun yang ditemukan  dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda.

Karya ini memiliki hubungan erat dengan sketsa-sketsa ia bikin setiap saat, di buku yang selalu dia bawa kemana pun pergi, termasuk perjalanan ke Eropa, Australia, dan sejumlah negara di Asia untuk berbagai aktivitas senirupa.

Ia mengaku tak kuasa menunda, tatkala keinginan ‘menuliskan’ garis tiba-tiba menderanya. Ya, ia membuat sketsa sebagaimana menuliskan puisi, dengan kesungguhan dan keintiman rasa. Intinya, bagaimana ia mampu mewujudkan benda yang ada dalam pikirannya menjadi suatu presentasi dengan berbagai sudut pandang?

Suklu (Foto: Ema S)
Karya-karya dalam pameran bertajuk The Unseen Things ini mungkin bisa menjadi contoh tentang manifestasi kebendaan dari pikiran (mind), ketidaksadaran (unconsciousness), dan kenyataan (reality) seperti dialami Suklu.

Kata dia gambaran tentang suatu benda mendorongnya melakukan improvisasi bentuk sebagai deformasi gambaran atas realitas ambang dari kebendaan untuk menanggapi aktivitas ruang bawah sadarnya.

Proses-proses inilah yang penting bagi dia untuk dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat orang lain dan mengejawantahkan di atas kanvas.

Suklu juga melakukan pendekatan terhadap benda-benda atau hal-hal yang tidak tampak yang akhirnya menjadi konsep kekaryaan dan berhasil mewujudkan ide-ide provokatif. Ini salah satu cara yang ia upayakan untuk melihat benda-benda di luar persepsi kognitif seseorang.

Penyair Bali Wayan Sunarta dalam katalog pameran menyebut, ketekunan Suklu menggurat garis demi garis tak ubahnya laku meditasi, seraya mengasah kekuatan intuisi dan imajinasi.

Tak jadi soal apa jadinya sketsa, drawing, atau lukisan yang dia buat, karena proses dijalani telah mengantarkannya menemukan ruang untuk menumpahkan kegelisahan dan pengembaraan batin yang menyemburatkan energi dalam karya-karya itu. (Ema S.)

Berbagi Artikel