Menimbang Dimensi Wacana dan Kompetisi Seni Rupa

Minggu, 19 Januari 2020 : 13:59
Citra Sasmita jeli menangkap inspirasi dari lingkungan yang memperkaya karyanya yang banyak merepresentasikan isu perempuan terkait identitas kultural, posisi perempuan, kultur patriarki, dan realitas sosial-budaya. (Foto: citrasasmita.com)
AJANG kompetisi seni rupa bisa menjadi salah satu pintu masuk ke ajang pertarungan gagasan dan wacana. Ia juga mengasah wawasan perupa untuk selalu melahirkan kebaruan dalam berkarya dan apalagi sang pemenangnya akan niscaya untuk terus meningkatkan kualitas kekaryaan sebagai pertanggungjawaban moral.

Citra Sasmita (28), seorang perupa perempuan asal Bali, mengatakan setelah meraih ‘Gold Award Winner’ dalam kompetisi seni lukis UOB Painting of The Year 2017 kian terpacu untuk terus berkarya dan mengasah proses kreatif melalui berbagai upaya.

Bagi dia, dunia seni rupa yang progresif dan dinamis menuntut dirinya untuk terus belajar. Ia juga tak membiarkan karyanya berdiri sendiri, melainkan terus mengomunikasikannya dengan penulis, kurator, dan khalayak luas melalui media massa.

Citra menyebut karya seni rupa merefleksikan ide, gagasan, dan pesan yang terkait dengan pikiran dan pengalaman si seniman. Dari situlah ia terus mengembangkan agar tak terjebak dalam stagnansi dan kebuntuan kreativitas.

Terlebih lagi, Citra diuntungkan hidup di tengah kultur Bali yang kaya simbol baik dalam ritual keagamaan maupun kehidupan sehari-hari. Lingkungan alam pun masih memberikan ruang yang cukup untuk melakukan kontemplasi.

Kejelian Citra menangkap inspirasi dari lingkungan itu kelak memperkaya karyanya yang banyak merepresentasikan isu perempuan terkait identitas kultural, posisi perempuan, kultur patriarki, dan realitas sosial-budaya.

Ia juga rajin membaca, menulis, dan mengikuti kegiatan diskusi untuk menguji gagasan dan wacana yang ditawarkan. Bagi perupa seangkatan Citra, tantangan lain adalah sulitnya pameran di galeri representatif yang biasanya cenderung menghadirkan seniman besar dengan rekam jejak yang teruji.

Untungnya, secara kolektif sejumlah komunitas seniman muda menyiasati hal tersebut dengan ‘bergerilnya’ menggelar karya di ruang-ruang alternatif yang akhirnya bisa menembus ke tempat pameran yang lebih menjanjikan.

Ia merasa beruntung bisa mengikuti kompetisi seni rupa dan mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan sejumlah seniman saat pameran bersama finalis yang lain.

Dalam diskusi seni bertajuk ‘Dimensi Pasar Wacana dalam Kompetisi Seni’, di Bentara Budaya Bali, Gianyar, awal Agustus 2018 lalu, Citra terinspirasi sejumlah perupa yang kini terkenal dulunya adalah pemenang kompetisi seni rupa, di antaranya dua perupa Bali, Nyoman Erawan dan Mangu Putra.

Jais Hadiana Dargawijaya (Foto: Instagram @jaisdarga)
Art dealer Jais Handiana Dargawijaya mengatakan kontinuitas prestasi pemenang kompetisi seni rupa tentu bergantung kepada pribadi senimannya. Terbukti tak sedikit yang berhasil meniti karir hingga ke puncak.

Sebagai pedagang karya seni ia pun dimudahkan untuk melirik karya-karya yang mungkin bisa dipromosikan ke pasar yang lebih luas. Berdasarkan pengalamannya sebagai art dealer internasional karya seniman Indonesia tidak kalah dengan karya seniman dari mancanegara.

“Kita hanya kalah soal promosi, sehingga karya terbaik seniman kita belum banyak menjangkau market internasional,” kata Jais.

Jais pun berbagai kisah dari para kliennya di New York, London, dan Paris yang rata-rata merasa kurang aman mengoleksi karya perupa Indonesia, alasannya harga tidak stabil dengan fluktuasinya terkadang tak masuk akal.

Ia berpendapat jumlah seniman yang semakin banyak perlu diimbangi ‘infrastruktur’ pendukung yang kian banyak pula yakni penulis, kritikus, kurator, galeri, art dealer, dan kolektor.

Sebagai pemilik galeri, Jais telah menghadirkan pameran karya para maestro seperti Picasso, Matisse, Chagal, Miro, Basqiat dan Chu The-Chun di Darga Gallery, Sanur, Bali.

Hal yang sama juga ia lakukan di galerinya di Paris dengan memamerkan karya pelukis Indonesia seperti Jeihan, Herry Dim, Made Wianta, Nyoman Erawan, Chusin Setiadikara, dan Made Budhiana.

Ia juga menggelar beberapa kali ‘Pameran Refleksi’ untuk memberikan kesempatan perupa muda potensial unjuk karya. Ia ingin menyandingkan pelukis Indonesia sejajar dengan maestro dunia.

Katalog pameran tersebut dia bagikan kepada kolega di berbagai negara agar semakin mengenal karya para perupa Indonesia.

Jais menyebut sedikit seniman Indonesia yang langsung ‘berjuang’ dengan bermukim atau residensi di luar negeri seperti Eddie Hara dan Heri Dono sebagai upaya untuk memperkenalkan karya ke komunitas yang lebih luas.

Kurator independen Agung Hujatnikajenong mengatakan penilaian dalam sebuah kompetisi seni rupa tidak cukup hanya dengan mengamati karya lukisannya.

Saat menjadi juri kompetisi seni lukis yang digelar Bank UOB Indonesia pada 2016 dan 2017, Agung menambahkan mekanisme baru yakni wawancara langsung kepada para finalis sebelum menentukan pemenang.

Upaya tersebut dimaksudkan untuk pendalaman konsep dan juri bisa mendapatkan basis penilaian yang lebih baik dan wacana mutakhir yang ditawarkan seniman.

Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah: kenapa memilih seni lukis? Aneka jawaban yang diperoleh semakin memperkaya khazanah definisi seni lukis menurut masing-masing peserta kompetisi.

Maya Rizano, Senior Vice President Strategic Communications & Customer Advocacy Head PT Bank UOB Indonesia menjelaskan berbagai kemungkinan wacana yang muncul dalam kompetisi kian menguatkan kompetisi yang dihelat institusi bank ini.

Bank UOB sangat serius dan konsisten menggarap kompetisi seni rupa, melahirkan juara dan pendatang baru. Selain itu memberikan kesempatan seniman Indonesia menyampaikan gagasan dan konsep melalui eksplorasi berbagai medium yang berbeda-beda.

Maya menyebut bank ini juga mengajak nasabah berkontribusi melalui kegiatan amal yang digunakan untuk mengedukasi anak-anak usia dini agar mengenal dan mampu mengapresiasi karya seni rupa.

Ia juga memperkenalkan karya seni rupa para pemenang kompetisi kepada para nasabah premium.

Selain mendapatkan penghargaan dan hadiah yang lumayan besar, pemenang kompetisi ini akan diikutkan dalam kompetisi serupa di tingkat Asean dan pemenang utamanya diikutkan dalam residensi seniman di Fukuoka Asian Art Museum di Jepang. (ems)
Berbagi Artikel