Kenangan Tarakan dan Derawan nan Menawan

Kamis, 09 Januari 2020 : 21:37
BERKUNJUNG ke Tarakan, kota pulau di Kalimantan Timur, seolah membawa kita ke masa silam. Peninggalan sejarah dari zaman Perang Dunia II yang bertebaran seantero pulau menjadi daya tarik tersendiri. Ia menjadi saksi bisu ajang pertempuran yang menyisakan kepedihan dan mengajak kita merenung: betapa berharganya nilai kemanusiaan

Salah satunya adalah ‘rumah bundar’, bekas tangsi yang dibangun serdadu sekutu Australia setelah merebutnya dari kekuasaan Jepang pada 1945. Bangunan beratap lengkung itu kini dijadikan museum yang menyimpan foto-foto tua, aneka artefak budaya, dan bekas properti perang tentara asing.

Sedikit gambaran sejarah dari museum ini mengantarkan pengunjung untuk melanjutkan wisata sejarah ke bunker Juawata Laut dan Peningki Lama. Bentuk dan gaya bangunan untuk sarana pertahanan perang ini sudah berumur 70-an tahun. Begitu juga pos pengintai Juwata dan Karanganyar Pantai.

Meskipun belum dikelola secara khusus, aset historikal seperti meriam kuno Trengganuk, monumen Australia, tempat perabuan Jepang, dan sejumlah bangunan kuno telah dilindungi pemerintah daerah setempat.

Sebenarnya, persinggungan Tarakan dengan bangsa asing dimulai ketika ditemukan minyak bumi di pulau itu pada 1896 yang dilanjutkan pengeboran pertama oleh perusahaan Koninklijke Nederlandsche Petroleum Company dari Belanda.Dalam perjalanan eksplorasi selanjutnya sejumlah perusahaan lain ikut masuk dan beroperasi hingga sekarang. Sejumlah bangunan dan sumur minyak peninggalan bisa disaksikan hingga sekarang.

Khazanah peninggalan dan didukung destinasi unik, membuat Tarakan patut dipertimbangkan dalam kunjungan vakansi. Beberapa destinasi wisata kota siap menerima kita dengan keunikan masing-masing.

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan menjadi salah satu andalan. Di hutan seluas 12 hektare ini terdapat berbagai jenis pohon bakau (Rhizopora sp), fauna langka asli Kalimantan yakni kera hidung panjang atau bekantan (Nasalis larvatus) dan kera ekor panjang (Macaca fasicularis).

Bekantan tarakan.
Selain wisata alam seperti Pantai Amal, kebun anggrek,  wisata agro Karungan, dan Wana Wisata Persemaian, Tarakan juga menjadi kota tujuan wisata kuliner. Kepiting kenari bakar merupakan salah satu sajian yang bukan sekadar ‘mak nyus’ tetapi juga membuat ketagihan.

Konon bumbu yang diracik dari rempah Borneo menjadi sihir agar wisatawan kembali lagi ke Tarakan. Ikan tipis yang menjadi oleh-oleh khas tarakan bisa dinikmati dalam sajian lain bersama udang, ikan kerapu, cumi-cumi dan banyak menu lain seperti disajikan The Bais Café, Restoran Saos Kepiting, atau Warung Turi.

Tarakan bisa dicapai dari berbagai kota karena memiliki Bandara Juata yang dibangun pemda secara mandiri. Kota pulau ini pun dibenahi menjadi kota transit dan pusat perindustrian barang serta mobilitas manusia untuk kawasan utara Kaltim. Kondisi ini mengantar Tarakan menjadi kota modern dengan masyarakat yang disiplin dan menjadi gerbang perjalanan wisata ke berbagai tujuan objek wisata 

Lingkungan kota tertata apik dan jalan-jalan tampak bersih menjadi modal utama kota yang berkeinginan menjadi Little Singapore ini. Tak berlebihan jika Tarakan mencanangkan wisata meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE) karena memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk menggelar acara dengan 3.000 orang maupun kegiatan olahraga bertaraf internasional.

Di sini ada Festival Erau Tengkayu sebuah kegiatan budaya dua tahunan yang menyajikan serangakaian ritual budaya Tidung, suku asli Tarakan. Untuk acara tahunan, Festival Jepen Internasional yang diawali Desember 2008 silam diikuti masyarakat pemilik budaya zapin (jepen) dari Sumatera dan Kalimantan juga menyertakan kelompok/sanggar zapin dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

Tak lengkap rasanya pesiar ke Tarakan tidak mampir ke Pulau Derawan yang digambarkan sebagai kepingan yang terlempar dari taman firdaus. Pulau rupawan yang berada di Kabupaten Berau ini merupakan salah satu dari gugus Kepulauan Derawan terdiri dari Pulau Sangalaki, Kakaban, Maratua, Panjang, Samama, dan Derawan serta beberapa pulau kecil dan gugusan karang. Gugus kepulauan ini dilingkupi kekayaan flora dan fauna laut serta menjadi spot diving terbaik di dunia.

Derawan bisa ditempuh dari Tarakan menggunakan speedboat sekitar dua jam dengan ongkos per orang sekitar Rp500 ribu. Sesampai di pulau ini kita disuguhi pantai putih membentang dengan air yang bersih dan jernih. Ikan hias warna-warni bisa disaksikan dengan mata telanjang. Snorkeling di sekitar pantai saja bisa menyaksikan alam bawah laut yang menakjubkan.

Selain ikan hias warna-warni, penyu hijau (Chelonia mydas) tampak lalu lalang di sekitar kaki kita. Anak-anak pulau bahkan biasa mengajak bercanda dan berenang bersama penyu-penyu tersebut.

Jika beruntung, kita bisa mengintip penyu-penyu itu menggapai pasir pantai untuk bertelur pada tengah malam hingga dini hari. Kehidupan fauna langka yang dilindungi ini mendapat perhatian dari organisasi lingkungan dunia dan didukung tradisi masyarakat yang ikut menjaga kelestariannya.

Pulau yang damai ini juga menawarkan dinner masakan laut dari biota bernilai ekonomis seperti udang lobster, kerapu, ikan merah, ikan kurisi, ikan hiu, teripang, atau kerang. Nikmat dan lezat. Apalagi disantap di dermaga Derawan Beach Cottage & Café di tengah alam terbuka, ketika langit disaput warna teja, dan burung-burung laut melintas di atas kita. Sungguh, dalam hati kita pasti berjanji akan kembali ke sana. (Ema S.)

Berbagi Artikel