Berlayar dari Labuan Bajo ke Tanah Air Komodo

Sabtu, 18 Januari 2020 : 21:00
TAMAN Nasional Komodo kini mendapat predikat baru sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia (New Seven Wonders), setelah memenangkan pemilihan yang diselenggarakan New Open World Foundation dan The United Nation Office for Partnerships, Swiss, yang kontroversial beberapa waktu lalu.

Jauh sebelumnya, kawasan ini telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia dan Cagar Biosfer (World Heritage Site; Man and Biosphere Reserve) oleh UNESCO. Tak sulit berkunjung ke taman nasional yang akan segera menjadi destinasi mahal ini.

Labuan Bajo adalah pintu masuk ke tanah air komodo. Begitulah beberapa orang menggambarkan ibukota Kabupaten Manggarai Barat, di ujung barat Pulau Flores.

Sepanjang hari, kota pelabuhan ini diwarnai kegiatan niaga yang bersandar pada laut: kegiatan bongkar muat, hasil tangkapan ikan, dan tentu saja lalu-lalang speed boat yang melayani wisatawan.

Aktivitas di teluk ini banyak diabadikan di kartupos dan sangat indah disaksikan dari ketinggian di beberapa wilayah kota. Panorama pagi, siang, senja maupun malam, masing-masing memiliki daya tarik, sama-sama elok.

Semua wisatawan asing yang berada di kota ini dipastikan hanya singgah. Tujuan utama mereka ke Pulau Komodo atau Pulau Rinca, dua pulau yang paling banyak dihuni komodo (Varanus komodoensis), sejenis binatang purba langka.

Tidak sulit mendapatkan kapal ke Pulau Komodo dan Rinca, tempat habitat hewan purba itu.Kapal bisa disewa secara privat atau kalau ingin mendapatkan harga murah bisa patungan dengan beberapa orang.

Perjalanan ke taman nasional disarankan dimulai pagi hari, karena perlu waktu sekitar dua jam untuk sampai ke Rinca dan 3,5 jam ke Komodo. Sepanjang perjalanan kita temukan mozaik panorama yang menyejukkan hati dan melegakan jiwa. Inilah refreshing yang sebenarnya.

Laut biru tanpa gelombang, seperti di sebuah danau yang tenang dengan air jernih menampakkan biota laut dan terumbu karang. Serombongan ikan seolah menyapa dari sisi kapal dan di kejauhan tampak pulau-pulau kecil tak berpenghuni berpasir putih yang menggoda untuk snorkeling maupun berjemur.

Setiba di Loh Buaya, Rinca, kita turun melalui dermaga kayu. Begitu mesin kapal dimatikan, hanya semilir angin dan bunyi burung yang terdengar. Beberapa wisatawan tergoda dan mencebur ke pantai untuk mendinginkan tubuh.

Pulau ini begitu sunyi dan matahari terik menyengat kulit. Makanya jangan lupa mengoleskan sunscreen jika kulit tak ingin gosong, menggunakan kacamata dan topi. Petualangan pun dimulai.

Vion Keraf, seorang pemandu (ranger), menawarkan pilihan dua jam atau lima jam menjelajah pulau dengan berjalan kaki. Komodo termasuk keluarga reptil yang dikenal ganas dengan gigitan mematikan, karena air liurnya mengandung bakteri pembusuk.

Namun, tak perlu takut, asalkan mengikuti arahan ranger kita aman, meskipun sekawanan komodo berada di dekat kita. Bahkan di perkampungan nelayan, kadal raksasa ini bisa hidup berdampingan dengan warga setempat. Di Rinca terdapat 1.200 ekor komodo dan di Pulau Komodo terdapat 1.300 ekor.

Ranger yang sangat terlatih ini menunjukkan beberapa tempat yang biasa dilewati komodo dan satwa lain seperti kerbau, rusa, kera, babi dan kuda. Binatang liar itu adalah makanan utama komodo yang dimakan dengan cara menggigit dan membiarkan mati dalam beberapa jam, kemudian disantap beramai-ramai.

Makanya, jangan lengah, kita berjalan di belakang ranger yang membawa tongkat yang ujungnya bercabang dua terbuat dari iron wood untuk mengusir komodo.

Di antara savana dan semak dapat ditemukan liang yang digunakan komodo bertelur. Ranger menyarankan waktu kunjungan terbaik adalah Maret sampai Juni atau Oktober sampai Desember setiap tahunnya.

Di luar itu adalah musim kawin bagi komodo yang biasanya berada di liang-liang persembunyian. Rinca memiliki sejumlah bukit yang bisa kita daki untuk menyaksikan pemandangan alam menakjubkan di sekeliling pulau.

Menjelajah pulau ini kita seperti terdampar di ‘dunia yang lain’. Wisata di tempat ini bukan untuk bersenang-senang, melainkan berada lebih dekat dengan alam yang membangunkan kesadaran untuk saling menghargai agar harmoni alam tetap terjaga.

Berada di tempat ini seolah kita terbebas dari segala persoalan pelik, termasuk isu perubahan iklim yang menakutkan itu.

Pulangnya kita bisa singgah ke beberapa pulau yang menawarkan keelokan panorama. Ada Pulau Bidadari yang memiliki penginapan eksotik atau di Pulau Kanawa yang dikitari surga bawah laut bagi para penggemar selam.

Bisa pula memutuskan menginap di Pulau Seraya dengan pondok uniknya. Di wilayah Manggarai Barat ini terdapat sekitar 40 pulau besar dan kecil, tersebar di Selat Sape dan Laut Flores yang siap untuk digerakkan potensinya.

Selepas senja baru tiba di Labuan Bajo, pas waktunya makan malam. Kita bisa memilih rumah makan dengan menu andalan dari masakan berbahan ikan berbumbu tradisional hingga western menu.

Sambil santap malam kita bisa nikmati kelap-kelip lampu kapal di pelabuhan. Labuan Bajo memiliki kontur naik turun yang membuat lansekap kota menjadi pemandangan menarik dari arah laut, begitu pula sebaliknya.

Pemerintah setempat, apalagi setelah kemenangan di pemilihan New Seven Wonders, terus menggarap potensi pariwisata menjadi andalan utama. Peluang investasi sangat terbuka untuk melengkapi infrastruktur dan sarana yang masih banyak dibutuhkan di sana.

Bukan hanya di laut, tetapi potensi alam dan budaya di daratan Manggarai sangat menarik untuk dikunjungi. Tentu, Bali bakal ikut menangguk keuntungan, karena akses menuju ‘tanah air’ komodo sangat terbuka lebar dari Bandara Internasional Ngurah Rai.

Bagaimana ke Labuan Bajo
Transportasi udara yang paling mudah ditempuh dari Bandara Ngurah Rai Denpasar yang setiap hari menjadwalkan penerbangan ke Bandara Komodo Labuan Bajo.

Ada penerbangan dengan menggunakan pesawat berbaling-baling yang membuat petualangan semakin lengkap atau dengan pesawat jet dengan lama perjalanan kurang dari satu jam.

Sedangkan untuk perjalanan darat dan laut dari Denpasar-Mataram-Bima-Sape sehari semalam, disambung dari Sape ke taman nasional menggunakan fery.

Jangan khawatir untuk memilih tempat menginap, karena di Labuan Bajo terdapat hotel kelas melati hingga bintang empat. Pemesanan kursi penerbangan dan hotel bisa dilakukan di biro perjalanan baik di Bali atau Labuan Bajo.

Akan lebih baik jika Anda sudah mendapatkan informasi awal, terutama soal tarif, melalui internet yang memiliki segudang penjelasan terkait wisata Labuan Bajo. (Teks dan foto: Ema S.)


Berbagi Artikel