Pameran Fotografi Internasional Bali-Bhuwana Rupa 2023

Jumat, 20 Oktober 2023 : 12:15

Memaknai 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea

Dok. Katarupa.id

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar bekerja sama dengan Arts & Culture Magazine, Korea, dan didukung Pusat Budaya Indonesia (Indonesia Culture Center) di Korea, menyelenggarakan Pameran Bali-Bhuwana Rupa (Global-Bali Photography Exhibition) serangkaian Festival Internasional Bali-Padma Bhuwana III Tahun 2023. Pameran dibuka secara resmi Sabtu, 14 Oktober 2023 di Taman Tetaring, ISI Denpasar, oleh Pj. Gubernur Bali yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha.

Pameran fotografi internasional kali ini secara khusus didedikasikan bagi capaian seni fotografi lintas bangsa. Diikuti 14 fotografer Korea Selatan, 15 Indonesia, serta seorang dari Belanda dan Prancis, program ini merupakan kerja sama dengan Arts & Culture Magazine, Korea, dan didukung Pusat Budaya Indonesia (Indonesia Culture Center) di Korea dalam rangka memaknai 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea. Pameran akan berlangsung hingga 22 Oktober 2023.

Karya Kim Dong Wook

Mengusung tajuk “Wara-Samasta-Waruna” (Puja Samudra, Mulia Semesta), para fotografer yang karya-karyanya dipamerkan di Nata-Citta Art Space ISI Denpasar ini mengeksplorasi seluas-luasnya segala kemungkinan penghayatan dan pemaknaan atas tematik Bahari atau Samudra dalam segenap dimensinya. Adapun sebagai kurator yakni Jeon Dongsu, Prof. Dr. Kun Adnyana, dan Warih Wisatsana. Ko-kurator: D.A.E. Savitri Sastrawan.

Para fotografer ini bukan saja hadir dengan capaian seni fotografi yang mengesankan, tetapi juga menjunjung semangat capaian seni mumpuni yang berorientasi kepedulian pada lingkungan, selaras inovasi dan kreativitas yang bersifat lintas batas sekaligus mengedepankan kebaruan stilistik-estetik sejalan upaya penggalian tematik (Recent, Innovative and Environment-Oriented). 

Dok. ISI Dps
Rektor ISI Denpasar, Prof. Kun Adnyana mengungkapkan, karya-karya fotografi lintas bangsa tersebut secara komprehensif mencoba untuk menjelaskan serta mempertanyakan konsep realitas atau kenyataan dalam era digital yang semakin mendominasi.

Dia menambahkan, karya fotografi yang dipamerkan secara umum dapat dipilah dalam ragam bentuk yang menautkan disiplin documentary culture photography, composite photography, dan fusion photography. Pertautan ini mencerminkan gambaran transformasi yang melingkupi latar sosial kultural para fotografer, baik berlatar Bali dan Nusantara, maupun Prancis, Belanda, serta Korea. 

Karya D. Tjandra Kirana

“Sederet visual yang menggugah pandang, sebagian adalah karya foto murni yang lebih jauh dari sekadar dokumentasi, juga foto-foto yang telah mengalami olahan kreativitas; sentuhan kolase dan montase tertentu, menggambarkan kehidupan ritual dan upacara tradisi (Bali) atau mengkonstruksi rangkaian objek terpilih yang menggambarkan dinamika sosial kultural, sebagian menyiratkan kesan ironi tersendiri,” imbuh Guru Besar Sejarah Seni kelahiran Susut, Bangli ini.

Karya Tjandra Hutama

Karya-karya pada pameran foto internasional kali ini menyiratkan pula upaya pencarian dan pembaruan yang tidak semata mengedepankan inovasi (reka-baru) sebatas penggalian stilistik-estetik, ataupun ragam tematik, melainkan menyarankan pentingnya paradigma atau cara pandang baru yang lahir dari kesadaran baru dalam menyikapi realitas kini yang berlapis.

World Peace Artist Award, Apresiasi dan Kontribusi untuk Kebudayaan

Pada kesempatan acara pembukaan tersebut, dianugerahkan World Peace Artist Award dari Arts & Culture Magazine, Korea, kepada tiga tokoh lintas bangsa yang dipandang turut berkontribusi dalam menginisiasi dan mewujudkan jalinan kerja sama seni budaya antara Indonesia dan Korea sedini tahun 2000-an awal.  

Dok. Katarupa.id
Para penerima penghargaan yakni Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana, Prof. Dr. Koh Young Hun, dan Warih Wisatsana. Penghargaan diserahkan langsung oleh CEO/Publisher Arts & Culture Magazine, Jeon Dongsu.

Arts & Culture adalah majalah budaya dan seni bulanan yang menginisiasi World Peace Artist Award kepada seniman di seluruh dunia yang berupaya untuk pengembangan dan pertukaran budaya global dan dunia seni, dan untuk memberikan penghargaan kepada institusi maupun individu yang mendukung seniman atau kelompok seni.

Sebelumnya, pada tahun 2022, penghargaan serupa diberikan kepada pemimpin Orkestra Simfoni Dubrovnik (Damir Milat) dan Walikota Dubrovnik (Mato Franković) di Kroasia. Penghargaan ini diberikan dalam rangka memperingati 30 tahun hubungan diplomatik Korea-Kroasia, yang bertujuan untuk menghormati kontribusi yang diberikan pada pertukaran budaya dan seni antara Korea dan Kroasia.

Dok. ISI Dps

Adapun Prof. Dr. Koh Young Hun adalah seorang Indonesianis yang membuat kajian mendalam tentang Pramoedya Ananta Toer. Bukunya tentang biografi dan analisis karya Pram diterbitkan bersama Maman S. Mahayana, berjudul "Pramoedya Menggugat: Menelusuri Jejak Indonesia". Selain sebagai Profesor di Departemen Studi Melayu-Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul, Korea Selatan, ia juga menjabat Direktur Indonesia Culture Center, Seoul. Prof. Koh merupakan salah satu promotor penganugerahan gelar profesor kehormatan kepada Megawati Soekarnoputri.

Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana, selain sebagai perupa kini juga menjabat Rektor Institut Seni Indonesia (ISI Denpasar). Sebelumnya beliau juga pernah mengemban amanah Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali (2019-2021). Sebagai seniman profesional, Prof Kun telah menyelenggarakan pameran tunggal bereputasi internasional, seperti di Tainan, Taiwan (2018), Sydney, Australia (2019), dan Slupsk, Polandia (2023). Ia juga menulis artikel untuk berbagai isu seni dan budaya di media nasional. Melakukan penelitian mendalam mengenai seni lukis Bali ke Leiden, Harlem dan Amsterdam (2015), serta membawa muhibah seni dan budaya ke Paris, Perancis (2023).

Warih Wisatsana, merupakan seorang penyair, penulis seni rupa dan kurator. Bukunya, Batu Ibu (KPG, 2019) meraih Lima Besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2018 dan Buku Puisi Rekomendasi Tempo 2018, Kota Kita (Sahaja Sehati, 2018) merupakan Lima Besar Buku Puisi Terbaik Hari Puisi Indonesia (HPI) 2018. Beragam penghargaan yang diraihnya antara lain Borobudur Award, Taraju Award, SIH Award, dan Bung Hatta Award. Menerima Bali Jani Nugraha Award dari Pemerintah Provinsi Bali (2020). Selain diundang ke berbagai festival sastra internasional, puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Inggris, Italia, Jerman, Portugis, Prancis, dan Korea. Ia juga merupakan kritikus seni dan kurator berbagai pameran nasional dan internasional, antara lain Pameran Mural-World Culture Forum in Bali (2016), Bali Megarupa (2019 dan 2020), Festival Seni Bali Jani III (2021-2023), Bali-Bhuwana Rupa (2021-2023), dll. (RLS/ID)

 

 

Berbagi Artikel