Barista Hadirkan Kopi Grade Special A
oleh: Diah Paramitha Ganeshwari*
Suguhan kopi dengan latte art / dok. Paramitha Ganeshwari |
Secangkir kopi yang hadir di atas meja tidak hanya membawa kenangan rasa di lidah. Ia menyimpan cerita tentang petualangan, cinta, dan kreativitas.
Kopi tersebut barangkali telah berpetualang jauh dari tempat ia ditanam. Kemudian bertemu dengan berbagai macam orang dari beragam latar sosial-kultural, yang menempanya menjadi bijih kopi dengan kualitas tertentu. Sebagai akhir perjalanannya, ia tiba di atas meja Anda. Berharap yang meresapinya bisa tersenyum, meninggalkan kesan gembira.
Kopi menjadi minuman yang digemari lintas kalangan. Tak sedikit dari penikmat kopi yang kemudian jatuh cinta pada rasa dan aromanya. Setiap orang pun memiliki selera dan cara tersendiri dalam menikmati kopi. Ada yang suka rasa kopi murni, ada pula yang merasa lebih menikmatinya ketika dicampur olah dengan tambahan susu, gula, atau krim tertentu.
Indra adalah satu di antara jutaan pecinta kopi. Baginya kopi adalah minuman yang tak terlupakan untuk dinikmati ketika sendirian atau bersama orang terdekat. Kopi adalah kawan penghangat suasana ketika melewati waktu santai.
Suatu hari, Indra mengunjungi sebuah coffee shop. Ia kemudian berpikir: asyik juga jika kita memiliki coffee shop sendiri, setiap hari bisa menikmati kopi kesukaannya. Dari situlah kemudian ia mencoba untuk mendirikan coffee shop. Nama kafe kopi yang dirintisnya pun tak jauh-jauh dari buah hitam manis ini : Barista.
“Barista pada awalnya didirikan untuk melanjutkan hobi minum kopi. Kopi yang dihadirkan di sini pun menuruti selera saya. Saya suka kopi arabica. Karenanya kopi yang dihadirkan di Barista adalah seluruhnya jenis arabica,” ujarnya. Arabica, menurut Indra memiliki rasa yang lebih khas dari jenis kopi lain semisal robusta. Selain itu kopi arabica juga lebih harum.
Barista Coffee / dok. Paramitha Ganeshwari |
Kualitas kopi yang disajikan di Barista pun adalah kelas atas, special A. Dalam dunia kopi, dikenal juga tingkatan kualitas. Special A adalah kopi dengan kualitas sangat baik. Kualitas ini ditentukan sejak penanaman, cara panen, hingga proses pasca-panen. “Kopi yang enak ditentukan dari kualitas bijih kopinya. Bagi orang yang sering minum kopi, pasti mengerti perbedaan rasanya. Kopi tidak bisa dibohongi,” kata Indra.
Kopi yang dihadirkan di Barista pun di-roasting dengan teknik medium. Ternyata proses roasting (proses sangrai) ini sangat menentukan karakteristik kopi yang dihasilkan setelah diseduh. Proses roasting dibedakan menjadi light roast, medium roast, dan dark roast. Medium roast akan menghasilkan rasa kopi yang lembut, tidak terlalu pekat. Ketika diseduh secara manual pun, warna kopi cenderung tidak pekat. Teknik medium biasa dipakai untuk menyangrai bijih kopi dengan kualitas baik.
Bijih kopi yang dihadirkan di Barista sangat beragam, mulai dari kopi Toraja hingga Ethiophia. Bahkan Barista menghadirkan Ethiophia Yirgacheffe, satu di antara bijih kopi varietas unggul. Anda juga bisa mendapatkan bijih kopi yang belum di giling. Anda dapat menggiling sendiri bijih kopi untuk mendapatkan rasa terbaik.
Interiror Barista Coffee / dok. Paramitha Ganeshwari |
Bagi pecinta kopi sejati, Barista adalah tempat ngopi yang wajib dikunjungi. Di tempat ini kopi diolah menjadi berbagai macam varian, seperti espresso, capuccino, latte, dan macchiato. Tersedia juga black coffee yang diseduh manual dengan teknik V60. Bagi yang mencari rasa kopi yang murni, manual brew ini adalah pilihan yang tepat. Penyeduhan dengan teknik manual juga akan mengurangi kadar asam, dibandingkan espresso, sehingga relatif lebih aman bagi yang memiliki masalah lambung.
Barista terletak di kawasan Sanur, tepatnya di Jalan By Pass Ngurah Rai No 176. Lokasinya berada di seberang Pantai Matahari Terbit. Coffee shop ini buka dari pukul 08.00 hingga 17.00 Wita.
Filosofi Kopi
Berburu kopi enak barangkali mengingatkan kita pada kisah Filosofi Kopi karya Dewi Dee Lestari. Dalam cerita tersebut didapatlah kesimpulan bahwa kopi terenak berasal dari racikan dari hati. Pendirian Barista yang berasal dari kecintaan terhadap kopi mungkin bisa menjadi perbandingan fiksi tersebut di dunia nyata.
Selain menjaga standar rasa, Barista rupanya juga ingin membawa pengunjungnya untuk bersantai sejenak dari keriuhan hidup. Tempat ini di-setting untuk membuat suasana nyaman. Pengunjung bisa duduk rileks di sofa, barangkali sambil membaca majalah yang disediakan di sana. Ruangannya juga dihias dengan lukisan dedaunan hijau yang sejuk. Pengunjung pun bisa menikmati fasilitas wifi. Staf pun melayani pelanggan secara profesional.
“Kami ingin membuat setiap tamu yang datang merasa puas dengan pelayanan dan sajian di Barista,” ucap Indra.
Sajian Breakfast Hingga Dinner
Selain menghadirkan kopi yang nikmat, Barista juga menghadirkan kudapan dan main course. Anda bisa mencoba vietnamese springroll di sini. Berbeda dari springroll biasa, vietnamese hadir dengan sayuran dan daging yang lebih segar, sebab tidak mengalami proses digoreng.
Vietnamese springroll / dok. Paramitha Ganeshwari |
Egg Benedict / dok. Paramitha Ganeshwari |
Egg benedict di tempat ini juga pantas dicoba. Menu american breakfast ini hadir dengan english muffin yang dibagi menjadi dua. Kemudian di atasnya dilapisi dengan sayur bayam, daging (smoked salmon atau ham atau bacon), telur. Tak ketinggalan hollandaise sauce yang terbuat dari mentega dan kuning telur yang menambah gurih rasanya. Menu ini juga dilengkapi dengan jamur yang ditumis dengan bawang putih.
Egg benedict boleh jadi merupakan sarapan yang lengkap untuk memulai hari, sebab mengandung karbohidat, protein, dan serat. Sedangkan menu dinner yang menjadi favorit di Barista adalah dory fish kemangi.
Telusur Jejak Kopi Nusantara
Sambil meneguk kopi, boleh juga kita browsing riwayat si manis hangat tak terlupakan ini. Dari manakah asal tanaman kopi yang tumbuh di pertiwi Nusatara? Jenis-jenis kopi apa saja yang ada di Indonesia?
Pada mulanya tanaman kopi tidak tumbuh di Indonesia. Sekitar tahun 1696, kapal dagang Belanda di bawah pimpinan Adrian van Ommen membawa bibit kopi jenis arabica dari Malabar, India. Kedawung, sebuah daerah aglikultur di Batavia menjadi lokasi pertama budaya kopi di Indonesia. Sayangnya budidaya ini gagal akibat cuaca ekstrim dan bencana alam.
Tiga tahun setelahnya, upaya budidaya kopi di Indonesia kembali dilakukan. Kali ini, tanaman kopi berhasil tumbuh dan panen besar pun terjadi. Belanda kemudian tidak hanya mencoba melakukan budidaya kopi di tanah Jawa, namun juga pulau-pulau lain di antaranya Sumatra, Bali, Sulawesi, Flores, dan lainnya. Hal inilah yang kemudian menjadi titik awal lahirnya jenis-jenis kopi di Indonesia, seperti Kopi Gayo (Aceh), Kopi Kintamani (Bali), Kopi Toraja (Sulawesi), Kopi Liberika Rangsa Meranti (Riau), Kopi Bajawa (Floers).
Jenis-jenis kopi tersebut memiliki ciri khas tersendiri dari segi aroma maupun rasanya. Kopi Kintamani misalnya, disebut memiliki ciri khas rasa sedikit asam, dikarenakan ditanam di area dekat dengan tanaman jeruk. Sedangkan Kopi Gayo, dikenal dengan karakteristik rasa yang tidak terlalu pahit dan memiliki tingkat keasaman yang rendah.
Suksesnya budidaya kopi di Indonesia pun membuat negeri kita ini menempati urutan keempat sebagai negara pengekspor kopi terbanyak di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia.
*) Tulisan ini adalah pengembangan dari artikel yang telah dimuat di Harian Tribun Bali edisi 11 April 2017