Keluarga Cemara 2: Yang Terlupakan Dalam Keluarga

Senin, 13 Juni 2022 : 00:10

Penulis: Ni Luh Febri Darmayanti

Bagaimana kebertahanan keluarga? Apa betul harta yang paling berharga adalah keluarga? Hal inilah yang kita tawarkan sekaligus menjadi tantangan dalam film Keluarga Cemara 2 kali ini – Anggia Kharisma (Producer Film Keluarga Cemara).

Tangkapan layar dari trailer Keluarga Cemara

Sedini awal, sinetron ‘Keluarga Cemara’ yang tahun 1996 lalu memiliki daya pikat tersendiri. Tak heran bila Film Keluarga Cemara hadir sebagai bentuk film drama yang menyajikan arti peranan keluarga kini. 

Berbeda dari sekuel pertama, Keluarga Cemara 2 kali ini spesial ditayangkan sebagai Film World Premiere dan menjadi film pembuka dalam Festival Film Balinale 2022 pada Kamis (09/06) di Cinema XXI, Beachwalk, Kuta – Bali. 

Film karya sutradara Ismail Basbeth ini menceritakan perihal kebangkitan keluarga Abah (Ringgo Agus Rahman) dan Emak (Nirina Zubir) pada masa post pandemic. Bukan sekadar menyajikan kesulitan ekonomi yang masih dirasakan, namun di sekuel kedua ini juga memberikan gambaran bagaimana sebuah keluarga dapat beradaptasi dengan situasi dan tekanan masing-masing pribadi. 

Terlebih anggota keluarga Abah kini telah bertambah sejak adanya si bungsu Agil (Niloufer Bahalwan) yang tengah mencari jati diri. Sedangkan Ara (Widuri Putri Sasono), si anak tengah pun merasa dunianya berubah, dan tersisih karena kesibukan anggota keluarga yang lain. 

Sosok Ara si anak tengah merasa dunianya mulai berubah 

Hal yang menarik lainnya, film ini memberikan gambaran betapa sulitnya memiliki anak yang telah bertumbuh remaja. Di saat orangtua belum tersadar akan pertumbuhan anaknya, dan menganggap anaknya masih kecil, namun ternyata sang anak kini membutuhkan privasi dan lebih ingin dimengerti. Begitu pula yang dirasakan Emak saat Euis (Adhisty Zara) meminta untuk pisah kamar dengan adiknya. 

Beragam konflik yang ada diracik ciamik dan menggadirkan scene-scene yang sangat terkait dengan apa yang dirasakan dalam sebuah keluarga. 

Namun, di saat permasalahan yang ada datang bersamaan, dan tidak adanya kepekaan sehingga situasi semakin rumit, akankah keluarga Abah berhasil mencari jalan keluarnya? 

Sisi Imajinasi

 “Ara beneran bisa ngomong sama ayam, Abah” dialog Ara si anak tengah Abah yang memiliki imajinasi yang menggemaskan sepanjang film ini. Betapa Ara yang kini duduk di bangku Sekolah Dasar menemukan teman sekaligus hewan peliharaan yang dianggap paling mengerti dirinya. Ayam itu dipanggil Neon. 

Sayangnya, Abah, Emak dan Euis sama sekali tidak percaya dan meruntuhkan semangat Ara. Terlebih bagi Ara, seluruh anggota keluarganya ingkar janji, ia pun tak percaya lagi pada mereka.

Pemutaran film Keluarga Cemara 2 di Festival Balinale

Sequence Ara dan Neon di sepanjang film boleh dikata sebagai ruang refleksi. Di masa anak-anak tentu kita semua memiliki hewan peliharaan yang seolah bisa berbicara dan mengerti isi hati. Menggemaskan dan hangat.

Potongan scene yang diambil dari atas, dengan komposisi Ara tertidur dan sejajar dengan rumah kardus Neon – Neon yang tinggal sendiri di rumah kardus itu seolah menjadi simbolik posisi Ara pada saat itu. Dari sanalah Ara mencari “keluarga” karena ia merasa sendiri, tak ada yang peduli lagi dengannya. 

Menurut Ismail Basbeth (Sutradara Keluarga Cemara 2), banyak sekali lintasan keluarga yang tidak berkerja dengan baik, sehingga anak-anak mencari jawaban dari pertanyaan mereka di luar. Namun di film Keluarga Cemara 2 usaha mencari jawaban itu dari dalam rumah. Dengan cara itu, anak-anak dapat tumbuh dengan kebutuhan material dan kecerdasan emosional yang baik. 

Support System 

Cerminan keluarga sepatutnya memberikan “rumah ternyaman” tempat seluruh anggota keluarga bernaung dan berlindung. Tetapi, adakalanya batasan peranan masing-masing, seperti ayah yang harus bekerja, ibu yang harus membersihkan rumah dan menjaga anak-anak, dan sebagainya justru membuat keluarga itu tidak selalu utuh. 

Film Keluarga Cemara 2 memberikan alternatif lain, dimana seorang Ibu tak lagi saklek dengan peranannya harus di rumah, menjaga dan merawat anaknya. Namun, peranan itu juga dibagi dengan suaminya, sehingga tidak lagi mengkotak-kotakan peranan masing-masing. Semua luruh, bekerjasama, bertumbuh dan saling menjaga. 

Emak sebagai wanita karir sekaligus ibu yang harus membesarkan anak-anaknya

Apalagi peranan Emak sebagai wanita karir, Ibu dari anak-anak, dan kehidupannya tidak bisa seimbang begitu saja tanpa adanya support system dari seluruh anggota keluarga.

Dalam film ini, sublimasi dan penghayatan Emak tergambar apik dalam scene Emak duduk sendiri, minum teh hangat di ruang tamu. Inilah gambaran ruang dan waktu hanya untuk Emak seorang di tengah hiruk pikuk masalah yang dihadapi. Momen sederhana ini yang sering terlupa karena saking sibuknya.

Akhirnya, bagaimana pun hal-hal yang terlupakan dalam keluarga pastilah sering ditemui, bahkan sering tidak terdeteksi. Dari Film Keluarga Cemara 2 kita belajar bagaimana arti sebuah keluarga sebagai harta yang paling berharga.

Selain Keluarga Cemara 2 yang akan ditayangkan serempak di bioskop tanggal 23 Juni 2022 nanti, Festival Film Balinale juga akan menyajikan 63 film mewakili 26 negara. 

“Sudah menjadi semangat kami untuk mengekspos film Indonesia bersama dengan line-up internasional, yang kami harap akan mendorong kebanggaan dan semangat para pembuat film lokal kami,” kata Direktur Eksekutif Balinale Internatinal Film Festival Deborah Gabinetti.

Balinale yang sudah diakui secara internasional sebagai salah satu festival film utama di Asia Tenggara, memberikan tempat terhormat pada film lokal supaya lebih terpromosi kepada sineas dan publik luar negeri. Festival ini akan berlangsung selama empat hari, yakni 9 Juni – 12 Juni 2022.

Tentang Penulis:

Ni Luh Febri Darmayantialumni jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Terlibat dalam pelbagai pagelaran seni, budaya, dan sastra tingkat nasional hingga internasional. Skenario film pendeknya berjudul Andaka Janu menjadi finalis film ACFFEST (Anti-Corruption Festival) oleh KPK RI (2019). Menulis ulasan review film terbaik oleh KEMDIKBUD RI (2020), dan meraih juara III lomba penulisan naskah drama teater oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali (2020). 


Berbagi Artikel