Seniman Nyoman Nuarta sedang menunjukkan basic design Istana Garuda kepada Presiden Joko Widodo dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di Istana Merdeka Jakarta, Senin (3/1/2022). |
Nyoman Nuarta hadir di Istana Merdeka Jakarta bersama tim arsitek yang selama ini menjadi tim ahli dalam merancang Istana Garuda. Dalam pertemuan itu Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, serta Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti.
Presentasi basic design Istana Garuda yang dilakukan Nyoman Nuarta berkaitan dengan rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Presiden telah memilih desain istana karya Nyoman Nuarta setelah melalui tahapan sayembara yang diselenggarakan oleh Kementerian PUPR pada awal tahun 2021 lalu.
Menurut Nyoman Nuarta, Rabu (5/1/2022) di Bandung, Presiden Jokowi sempat mempertanyakan luasan ruang terbuka hijau berupa botanical garden yang terasa kurang luas. “Pak Presiden bilang kenapa terlihat sempit ya? Saya katakan, area yang diberikan berangkat dari 32 hektar, tetapi sudah diperluas menjadi 55 hektar. Pak Presiden malah tanya saya, Pak Nyoman maunya berapa luas? Saya bilang harusnya 100 hektar, masa area istana kepresidenan lebih kecil dari area Garuda Wisnu Kencana,” ujar Nyoman Nuarta.
Seniman Nyoman Nuarta sedang menunjukkan basic design Istana Garuda kepada Presiden Joko Widodo dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di Istana Merdeka Jakarta, Senin (3/1/2022). |
Secara spontan, tambah Nyoman Nuarta, Presiden Jokowi meminta Menteri PUPR agar menambah luasan area rencana Istana Kepresiden menjadi 100 hektar. Namun, tambah Nyoman Nuarta, agar tidak menimbulkan salah persepsi, luasan yang dimaksudkan adalah area hijau berupa hutan dan botanical garden, yang terletak di kanan dan kiri bangunan Istana Garuda.
“Jadi luasan bangunan Istana Garuda dan bangunan pendukung lainnya tetap, seperti yang direncanakan dengan tambahan luasan area hijau, berupa hutan dan botanical garden. Nah dalam hitungan kami, luasan area terbangun hanya 8%, sedangkan sisanya 92% berupa ruang terbuka hijau,” ujar Nyoman Nuarta. Prosentase ini, menurut Nyoman Nuarta, telah membuktikan bahwa keberadaan IKN di Penajam Paser Utara, benar-benar bertujuan untuk menghidupkan kawasan lahan yang terbengkalai.
Saat ini, tim Nyoman Nuarta sedang berkoordinasi dengan tim dari Kementerian PUPR untuk menentukan area yang akan dimanfaatkan sebagai perluasan ruang terbuka hijau di kawasan IKN. “Tanah-tanah di sekitar itu masih sangat luas. Jadi masih memungkinkan untuk menjadikannya hutan di dalam kawasan istana,” kata seniman kelahiran Tabanan, Bali itu.
Desain terakhir
Dalam pertemuan itu juga, ujar Nyoman Nuarta, Presiden Jokowi sudah memastikan bahwa desain Istana Garuda yang dipresentasikannya, akan menjadi desain terakhir yang siap diwujudkan. “Artinya desain yang saya presentasikan di hadapan Bapak Presiden, sudah tidak bisa lagi diubah, sudah final sebagai desain istana kepresidenan,” katanya.
Dalam proses perancangannya, basic design Istana Garuda mengalami perubahan sampai empat kali, tidak termasuk desain-desain awal yang tidak resmi. Perubahan- perubahan itu, menurut Nyoman Nuarta, terjadi secara evolutif untuk menyesuaikan dengan berbagai aturan serta mewadahi berbagai kepentingan agar benar-benar menjadi istana yang otentik dan modern. Selama ini, baik Istana Negara, Istana Merdeka, dan Istana Bogor, adalah bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang kemudian diubah fungsinya sebagai istana. “Bahkan ada di antaranya, tadinya gedung milik pribadi. Jadi baru kali inilah kita akan memiliki istana kepresidenan yang benar-benar dirancang dan dibangun sebagai istana,” tutur Nuarta.
Terhadap berbagai kritik yang menuding istana kepresidenan di IKN baru mengabaikan unsur-unsur ekologis yang lekat dengan Pulau Kalimantan, Nyoman Nuarta, mengatakan bahwa lokasi di mana komplek istana dibangun adalah berupa area kosong. “Itu bekas hutan industri yang sudah tak ada pohon besarnya, semuanya semak belukar dengan kontur tanah berbukit dan berlembah,” katanya.
“Siapa bilang itu hutan, justru dengan pendirian IKN ini, kawasan itu akan dihutankan kembali,” tambah pencipta patung monumental Garuda Wisnu Kencana itu.
Selain itu, basic design Istana Garuda, benar-benar sudah mempertimbangkan unsur-unsur ekologis yang hemat energi. Bilah-bilah tembaga yang disusun secara vertikal pada bagian luar gedung istana, akan menjadi sun louvre, yang menghalangi sinar matahari menerobos langsung ke dalam gedung. Desain ini dirancang akan menghemat penggunaan energi listrik, terutama untuk menyalakan air conditioner. “AC bisa dimatikan, karena ruangan akan tetap terasa sejuk,” ujar Nyoman Nuarta.
Penggunaan logam seperti tembaga sebagai kulit luar gedung, sepintas memberi kesan keras dan kaku. Padahal, menurut pengalaman dan pengetahuannya, tembaga memiliki sifat yang lentur, mudah dibentuk, tidak korosif, dan konduktor yang baik untuk aliran listrik dari petir. Dari sisi pemeliharaan, tembaga juga sangat mudah dirawat. Pemanfaatannya sebagai kulit gedung, kata Nyoman Nuarta, akan diperlakukan sama seperti kulit patung. Perpaduan dengan unsur seperti patina, membuat tembaga mengalami oksidasi dan berubah warna menjadi hijau tosca. “Jadi dari sisi perawatan akan sangat mudah dan efisien dalam biaya,” kata Nyoman Nuarta.
Menurut Nyoman Nuarta, Presiden Jokowi mengharapkan dirinya tetap bersedia membantu pemerintah dalam mewujudkan istana kepresidenan di IKN baru. Meski pada awalnya Nyoman Nuarta “hanya” berkewajiban menyelesaikan basic design, tetapi Presiden tetap memintanya untuk turut “mengawal” agar tidak terjadi perubahan pada desain yang telah disetujui.
Keberadaan Istana Garuda akan menjadi bangunan ikonis yang mewadahi berbagai kepentingan bangsa. Pertama-tama memang difungsikan sebagai ikon IKN di Pulau Kalimantan, tetapi lebih dari itu ia akan berfungsi sebagai magnet kawasan. Nyoman Nuarta berharap Istana Garuda akan menjadi pendorong bergeraknya sektor bisnis jasa seperti pariwisata, yang kemudian mengerek bidang-bidang jasa seperti perdagangan, perhotelan, dan industri kecil. Dengan begitu, secara serempak akan terjadi pemerataan dalam pembangunan di wilayah Indonesia bagian tengah menuju timur.
Adapun Nyoman Nuarta lahir di Tabanan, Bali, 14 November 1951. Menempuh pendidikan di Jurusan Seni Patung, Departemen Seni Rupa, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung (1973-1979). Memenangkan sayembara Monumen Proklamator (1979) ketika masih berstatus sebagai mahasiswa. Ia lebih dikenal sebagai pencipta patung ikonik Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bukit Ungasan, Jimbaran, Bali. Patung ini memiliki tinggi 121 meter. Karya-karyanya yang monumental di antaranya Monumen Jalesveva Jayamahe (1996) di Surabaya dan patung Arjuna Wijaya (1987) di Jakarta. Nyoman Nuarta memperoleh penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintah RI tahun 2014 dan penghargaan Sri Padma dari Pemerintah India tahun 2018. Ia mendirikan NuArt Sculpture Park di Bandung tahun 2000, yang terdiri dari museum, galeri, theatre, restoran, studio, dan bengkel kerja. Memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari Institut Teknologi Bandung tahun 2021, penghargaan Chevalier dans l’Ordre des Arts et Lettres dari Pemerintah Perancis (2021), serta Habibie Prize (2021). (WW/ID)