HULU PULU: Eksplorasi Relief Yeh Pulu oleh Wayan ‘Kun’ Adnyana

Minggu, 25 April 2021 : 13:41

(Gianyar) – Hulu Pulu menjadi tajuk pameran tunggal Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana yang berlangsung sedari 12 April 2021 hingga 11 Mei 2021 di Agung Rai Museum of Art (ARMA), Pengosekan, Ubud, Bali. Eksibisi memamerkan sekitar 35 karya lukis kontemporer buah cipta perupa yang juga Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini. 

Gubernur Wayan Koster dan Wayan 'Kun' Adnyana

Adapun pameran dibuka pada Senin, 12 April 2021 oleh Gubernur Bali Wayan Koster, ditandai penandatanganan buku ‘Solo Exhibition of Contemporary Painting Hulu Pulu Five Years Exploration of Yeh Pulu Reliefs’. Dalam sambutannya, Gubernur Koster berharap pameran ini bisa menginspirasi para dosen dan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dalam berkesenian. 

Pameran yang dikuratori Nawa Tunggal ini mengetengahkan karya rupa hasil eksplorasi Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana dalam proses penelitiannya selama lima tahun terhadap relief Yeh Pulu yang terletak di Bedulu, Gianyar, Bali. Karya-karya kurun cipta 2017-2021 ini mencerminkan capaian tiga seri eksplorasi. 

Pertama, seri Citra Yuga (Candra Sangkala) tahun 2017, yang menyajikan lima pendekatan artistik; teknik pewarnaan sigar mangsi, pemecahan objek gambar, pemilihan pusat perhatian, teknik menyunting objek, dan teknik gambar garis. Capaian karya-karya ini telah dipamerkan di Bentara Budaya, Jakarta pada tanggal 1 sampai 8 Agustus 2017.

Kedua, seri Titi Wangsa (Inside The Hero) tahun 2018, dengan dua pendekatan teknik artistik yakni lapis-lapis warna untuk citra ruang imajiner dan dekonstruksi terkait perombakan tema. Karya-karya pada seri ini telah dipamerkan di Museum Neka, Ubud, 12 – 31 Oktober 2018.

Ketiga, seri Sudra Sutra (Santarupa) tahun 2019-2021, dengan temuan tiga pendekatan estetika; pembingkaian ulang dari sisi tematik/plot (reframing), pemeranan ulang subjek gambar (rechasting), dan mobilisasi subjek gambar (globalizing). Seri karya ‘Sudra Sutra’ sebelumnya dihadirkan di Museum Neka, Ubud, pada 11-19 Oktober 2019 dan di At Thienny Lee Gallery, Sydney, Australia pada 25 Juli hingga 13 Agustus 2019.

Pengunjung mengapresiasi pameran Hulu Pulu

Dalam pamerannya kali ini Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana menghadirkan konteks kekinian, perihal apa yang terjadi di tengah siatuasi pandemi. Hal itu tecermin pada beberapa karyanya yang diciptakan tahun 2020. Dengan tetap berlandaskan pada relief Yeh Pulu, Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana memvisualisaikan figur-figur dalam karyanya mengenakan masker di wajahnya. Semisal dalam salah satu karyanya yang berjudul “Home Sweet Home” (2020), setiap figur digambarkan berada di dalam sebuah rumah yang tersusun bertingkat. Hal ini sangat relevan dengan situasi masyarakat Indonesia di tengah pandemi yang telah berlangsung lebih dari setahun.

Penafsiran Kun Adnyana terhadap relief Yeh Pulu tersebut menjadi daya tarik dari pameran “Hulu Pulu” ini. “Saya pikir tafsir Kun menjadi cukup kontekstual untuk Indonesia,” ucap Nawa Tunggal dalam sambutannya pada pembukaan pameran ini. 

Gubernur Wayan Koster meresmikan pameran Hulu Pulu

Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana memberikan tafsir kreatifnya terhadap salah satu bagian relief Yeh Pulu yang menampilkan seseorang tengah menarik lidah seekor harimau. Bagi Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana itu merupakan gambaran pada sebentuk perlawanan orang biasa terhadap suatu kekuasaan. Dalam konteksnya pada relief Yeh Pulu, hal ini adalah simbol perlawanan masyarakat Bali terhadap Majapahit pada masa itu. “Karena (pameran) ini representasi persoalan-persoalan kekinian. Kita banyak mengalami “penindasan” dan butuh perlawanan. Saya pikir melalui dunia seni rupa, perlawanan-perlawanan akan berlangsung secara halus dan menyadarkan,” lanjut Nawa Tunggal. Hasil penafsiran Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana ini divisualisasikan pada karyanya yang berjudul “Battle on The Ocean” (2020).

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga secara khusus mengapresiasi pameran tunggal Prof. Dr. Wayan 'Kun' Adnyana ini. "Banyak hal yang dapat diserap dari apresiasi terhadap karya seni," ungkapnya. Menurutnya, seni menggugah cara pandang terhadap realitas hari ini. Seperti yang dilakukan Prof. Kun, dengan mengeksplorasi relief Yeh Pulu, Perahu Cadik Borobudur, Perahu Nuh dan situasi pandemi Covid-19 secara reflektif. (Teks & Foto: GANESA PUTRA)

Editor: Ni Wayan Idayati


Berbagi Artikel