Teaterikal Segalanya Cinta, Kolaborasi Merayakan Puisi

Senin, 29 Maret 2021 : 13:52

Kolaborasi dan alih kreasi karya-karya puisi menjadi bentuk pertunjukan atau cipta seni lain, sesungguhnya membuka kemungkinan apresiasi lebih luas dari publik yang lintas batas. Sebagaimana pementasan teaterikal “Segalanya Cinta”,  yang berangkat dari puisi-puisi terpilih karya Garin Nugroho dalam buku “Adam, Hawa, dan Durian”, pemirsa dapat meresapi sastra tidak hanya melalui pembacaan teks, namun juga lewat musik dan seni pertunjukan.

Tommy F. Awuy, Garin Nugroho, dan Mia Ismi
Alih kreasi ini menjadi lebih bermakna bukan hanya karena mempertemukan genre seni yang berbeda serta melibatkan seniman-seniman dan sastrawan mumpuni, namun dihadirkan pula menjadi sebentuk pementasan virtual yang membutuhkan pendekatan visual dan teknis tersendiri. Ketika menyaksikan sebuah presentasi seni secara virtual sesungguhnya bukan hanya cara sang kreator menghadirkan garapan dan cara penonton menikmatinya yang telah berubah, namun juga konsep soal ‘ruang’ dan ‘waktu’ kita pun telah berbeda.

Pertunjukan teaterikal “Segalanya Cinta” disiarkan secara langsung atau daring melalui instagram Ratu Restaurant, Sabtu, 27 Maret 2021. Ini merupakan salah satu alternatif yang banyak dilakukan para pelaku kreatif kini untuk tetap berkreativitas meski di tengah situasi pandemi.

Budayawan Jean Couteau
Acara yang dipandu oleh aktor teater Moch Satrio Welang ini dibuka dengan pembacaan puisi ‘Kulit Telur di Ujung Kaktus’ karya Garin Nugroho oleh aktris Happy Salma—mengisahkan kiprah perempuan Nusa Tenggara, yang menjadi salah satu inspirasi karya dalam buku ini. Secara khusus, Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar, Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana, S.Sn., M.Sn., memberikan sambutan pembuka, disusul testimoni oleh Budayawan asal Perancis, Jean Couteau, mangenai kiprah Garin di dunia perfilman.

Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana, S.Sn., M.Sn.

Hal menarik diungkapkan Prof. Kun Adnyana, bahwa ‘Adam, Hawa, dan Durian’ sejatinya adalah pengalaman harian bagaimana tubuh menjadi pengetahuan dan bagaimana bahasa mewakili keseluruhan pengalaman. Bila istilah Adam, Hawa, dan Apel, sudah menjadi terminologi umum dalam teks-teks sastra, teater, maupun ekspresi seni lain, menurutnya apa yang dilakukan Garin dengan Adam, Hawa, dan Durian, merupakan sebuah tawaran yang berbeda dan mengandung makna penting.

Buku “Adam, Hawa, dan Durian” diterbitkan KPG (2021). Puisi-puisi dalam buku ini mencerminkan perjalanan seni Garin sedini tahun 1990-an hingga sekarang. Bukan hanya merefleksikan cinta sesama insaniah, namun juga keharuan mendalam terhadap alam dengan beragam tumbuhan dan hewan—sebuah cerminan dari spiritualitas perjalanan dirinya yang lintas pulau dan bangsa.

Kata ‘durian’ dipilih dalam metafora cinta karena mencerminkan paradoks: susah dibuka, namun enak rasanya, sekaligus bisa menimbulkan penyakit.

Garin Nugroho merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam dunia perfilman tanah air. Karya-karya Garin Nugroho telah diakui dunia, mendapat lebih dari 70 penghargaan tinggi di bidang perfilman diantaranya dari pemerintah Perancis (Odre des Arts et des Lettres), pemerintah Italia (Stella d’Atelerie Cavalerie), presiden Indonesia, honorary award dari Singapura International Film Festival, lifetime achievement award dari Bangkok ASEAN Film Festival, walikota Roma, dan Yogyakarta.

Moch Satrio Welang dan Garin Nugroho
Sembari berbagi tentang proses kreatifnya pada sesi dialog, Garin juga mengungkapkan bahwa kini dirinya tengah mempersiapkan penggarapan karya film terbarunya, kali ini bergenre horor, bertajuk Puisi Cinta yang Membunuh”.

Merayakan Puisi

Pertunjukan teaterikal yang digagas oleh budayawan Tommy F. Awuy ini Melibatkan sejumlah seniman dan sastrawan Bali lintas bidang. Antara lain penyanyi dan artis film Ayu Laksmi, penyair Warih Wisatsana dan Pranita Dewi, serta penari juga koreografer Jasmine Okubo. Secara spontan, Garin juga tampil mendongeng diiringi nyanyian Tommy F. Awuy dan pemain biola handal Mia Izmi.

Pembacaan Puisi oleh Happy Salma
Kolaborasi ini boleh dikata juga sebuah momentum kreatif untuk merayakan puisi dan persahabatan. 

Tommy F. Awuy mengungkapkan, acara ini sesungguhnya sebuah tantangan darinya kepada Garin Nugroho. Bahkan mulanya Tommy meminta Garin menyelenggarakan acara peluncuran bukunya di kawasan hutan di Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung.

Penyair Warih Wisatsana dan Pranita Dewi
Sementara itu, Legu Adi Wiguna, sutradara teater muda yang mendapat kesempatan menggarap pementasan pembacaan puisi teatrikal ini menyampaikan rasa syukurnya bisa terlibat dan menjadi bagian dari pementasan ini. “Ini merupakan kesempatan langka, bahkan seperti workshop teater buat saya karena bisa belajar langsung dari Mas Garin Nugroho. Saya berupaya memaksimalkan setiap elemen pementasan agar bisa mewujudkan pencapaian estetika yang diharapkan, “ ujarnya.

Para aktor dan penampil juga menunjukkan dedikasi yang tinggi selama proses persiapan, latihan dan pementasan. Ayu Laksmi, aktris pemeran Ibu dalam Film Pengabdi Setan menampilkan penghayatan dan totalitasnya dalam mengeksplorasi naskah “Segalanya Cinta”. Selain membacakan puisi, Ayu Laksmi membawakan tembang yang menyayat, diiringi petikan alat musik tradisional ‘Penting”.

Ayu Laksmi dan Jasmine Okubo
Begitu pula Penyair Warih Wisatsana, dan Penyair Pranita Dewi yang membaca karya-karya Garin Nugroho dengan intensitas yang tinggi dan penghayatan terjaga. Pementasan kian dramatik didukung komposisi tari Jasmine Okubo yang tampil memukau merespon pembacaan puisi.

Seluruh luapan kreatif dan olah rasa mendalam tersebut menyatu dalam teaterikal yang padu, dibuka dengan adegan Garin Nugroho yang duduk sendiri, bergulat kreatif dan seakan tengah melakukan percakapan batin, hingga lahirlah puisi-puisi.

Acara ini menampilkan pula musikalisasi puisi oleh Kelompok Seketika yang dimotori Heri Windi Anggara dan kawan-kawan. Mereka tampil mengesankan membawakan dua buah puisi karya Garin Nugroho berjudul 'Kue Lupis' dan Puisi 'Adam, Hawa dan Durian’.

Tantri Kusuma, Ketua Panitia Penyelenggara dari Ratu Restaurant Legian ini pun menyampaikan kegembiraan atas kesediaan Garin Nugroho datang ke Kuta, tampil dalam sebuah pertunjukan teatrikal puisi. Tantri berharap program kesenian ini menjadi lokomotif yang bergerak dalam upaya turut membangkitkan gelora berkesenian di Bali, khususnya di Kuta. (Teks: IDY/Foto: Vanesa)

 

 

Berbagi Artikel